SMS 081514394467 ATAU 083879194036, KETIK "HARGA BEBEK/AYAM", KAMI AKAN MEMBERIKAN UP DATE HARGA UNGGAS HARIAN atau SILAHKAN TELEPON UNTUK PEMESANAN ANTAR

16/11/11

Penawaran Bebek Peking Siap Saji "Istimewa"


Menu Rp 15.000,-
Bagi rekan-rekan penggemar bebek siap santap, kami menyediakan paket catering khusus untuk "bebek peking" bukan bebek lokal tentunya, dengan olahan goreng atau bakar, dengan variasi bumbu menggunakan cabe ijo, bumbu madura, dan kremes, harga kami untuk paket per potong adalah Rp 20.000 (untuk diatas 50 box kami berikan Rp 15.000), harga tersebut pantas dan lebih murah bagi rekan rekan yang sudah mencicipi karena jenis bebeknya, ukuran, dan rasa yang gurih, tetapi bagi sebagian rekan kita yang belum mungkin terasa lebih mahal Rp 5000-7000 karena kebetulan hanya menyantap bebek lokal.

 
Menu Rp 135.000,-
Kami memiliki menu istimewa yang biasa di pesan rekan-rekan yaitu satu paket “Bebek Ala Ahlul Bayt” lengkap yang terdiri satu ekor bebek peking utuh yang sudah di ungkep sehingga lebih empuk, dengan baluran bumbu khas pilihan Arab & Jawa Timuran yang meresap kedalam daging bebeknya disertai dengan garnish sayuran, ditambah sambal ijo dan sambal gorengnya. Harga Rp 145.000
Menu lainnya adalah bebek peking utuh "Bebek Ala Rica", yaitu bebek goreng dengan bumbu rica-rica, yang kami banderol Rp 135.000

Untuk ongkos kirim kami minta seiklasnya, karena kami memberdayakan anak yatim atau anak panti asuhan selain untuk pemasukan mereka. Selain itu kebetulan kami hanya melayani wilayah Jakarta saja. Untuk pembelian konsumsi paket istimewa, kami mohon maaf pembelian kami batasi tidak boleh lebih dari 2 ekor berhubung tenaga masak hanya dikalangan keluarga kami yang terbatas dalam waktu dan tenaga, sementara pembelian tiap hari semakin banyak dan resep tersebut belum kami patenkan. Sebaiknya dapat memberikan jeda waktu untuk pemesanan tersebut, seperti pesan saat ini antar besok.

Terimakasih atas saran rekan-rekan untuk menampilkan menu ini, semoga menambah khasanah dunia kuliner di Nusantara yang kita cintai.

15/11/11

Daya Tahan Bebek Terhadap Virus AI & ND

Tahukah anda bahwa unggas pun memiliki daya tahan terhadap serangan penyakit yang disebabkan virus atau bakteri? Tentunya tingkat kekebalan penyakit akan berbeda pada setiap jenis unggas, untuk bebek biasanya daya tahan lebih baik dibanding ayam (sumber Technical Support Medion Drh Christina Lilis L dalam Trobos). Keunikan tersebut dapat dilihat dari bebek yang bertindak sebagai hewan reservoir (tempat berkembang) virus Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND), dimana bebek bisa tahan terhadap virus tersebut tanpa mengalami sakit, bahkan bebek  dapat membawa dan menyebarkan virus AI dan ND kemana-mana.

Semoga bermanfaat

14/11/11

Bagaimana memastikan unggas dipotong benar-benar memenuhi aspek ibadah?

Kami mengetahui sepenuhnya bahwa praktek pemotongan hewan di Indoensia disandarkan kepada aturan terkait dengan agama, yang sama-sama kita yakini bahwa aturan yang bersandar agama tersebut sudah pasti memenuhi persayaratan kesehatan juga, mana ada agama yang mengabaikan aspek kesehatan manusia?.
Salah satu rekan kita menanyakan tentang aspek yang pengelolaan unggas sebelum dipotong yang terkait dengan ibadah, beliau menginformasikan tentang praktek pemotongan unggas yang sudah baik di masyarakat dan tidak perlu di kuatirkan oleh konsumen, seperti memfokuskan aspek berikut; memastikan hewan sehat, penggunakan pisau tajam, mengucap asma Allah, memberikan kesenangan untuk unggas sebelum dipotong dengan diberikan makanan yang baik dan  tidak melakukan tindak kekerarasan untuk menyakiti secara fisik.  Namun ada hal yang mungkin terlewat dari rekan kita tersebut yang mungkin dapat berguna bagi rekan lain untuk memetik pelajaran,  sebenarnya terdapat hal yang biasa diabaikan yang juga penting terkait nilai ibadah atau keamanan pangan itu sendiri yaitu kondisi tempat pemotongan hewan. Kebetulan praktek pemotongan tersebut ada pada sekitar kita, dipasar dan dilingkungan rumah. Bukan tidak mungkin hewan yang baik akan terkena kotoran dan akan tercemar kuman penyakit.

Untuk itu dibutuhkan peran semua pihak untuk membenahani permasalahan tersebut, pihak yang sepatutnya terlibat adalah mulai dari pemerintah khususnya pemerintah daerah terkait dengan pengelolaan pasar dan unggas dan pihak lain seperti ibu rumah tangga dan organisasi masyarakat (khususnya yang melibatkan ibu rumah tangga seperti RT, RW, Posyandu, PKK, Pengajian dan Pengurus Rumah Ibadah seperti Masjid), dan organisasi veternitas.Hal tersebut biasa kita kenal dengan kesehatan masyarakat veternitas (kesmapet)

Upaya pembinaan yang baik dari pemerintah maupun dari kalangan professional (dokter hewan atau profesi PDHI) ditunjang dengan pemberdayaan masyarakat berupa usaha meningkatkan pemahaman masyarakat akan arti penting kesehatan masyarkat merupakan hal yang penting.  Saya pribadi yakin jika kesmavet kurang populer, banyak dikalangan kita yang kurang memahami arti penting kesmavet di masyarakat. Untuk itu usaha melibatkan peran aktif masyarakat sehingga dapat berhati-hati dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat veteriner. Hal tersebut tidak menjadi dasar acuan untuk melakukan pemotongan pada Rumah Potong Unggas (RPU) untuk mendapatkan unggas yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Mmengingat unggas menuntut atas kebersihan tempat, kebersihan peralatan, termasuk kebersihan kendaraan operasional yang kesemuanya dapat diperoleh melalui program sanitasi yang dilakukan secara efektif dan teratur sehingga dapat menghilangkan sisa-sisa makanan / bahan baku serta kotoran lain yang mungkin mengandung bahan penyebab keracunan makanan atau mikroorganisme pembusuk yang dapat menjadi sumber kontaminasi.

(semoga bermanfaat) 

10/11/11

Ramai-Ramai Membeli Unggas Melalui Telepon, SMS, & Email (Bag.2-Habis)

Namun demikian yakinlah bahwa unggas yang kita beli di pasar tradisional juga merupakan unggas yang baik, dengan tetap mengindahkan prinsip kehati-hatian atau selektif dalam membeli.

5. Aspek yang paling menyenangkan ketika membeli tidak langsung melalui media komunikasi telepon atau komputer adalah konsumen dapat menjadi reseller atau penjual kembali dan memiliki keuntungan tambahan yang lebih besar. Keuntungan yang didapat tersebut berupa selisih harga (spread) antara harga grosir dengan harga normal ditambah ketika ada selisih antara harga penjualan ulang dengan harga normal tersebut. Perlu diingat bahwa pembelian unggas ke “Bandar Unggas” tidak perlu dalam skala besar melainkan  dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang ingin menjual kembali. Selain itu keuntungan dari pasokan yang setiap saat tersedia dan harga yang stabil jika sewaktu-waktu konsumen membutuhkan unggas tersebut.
6. Akhirnya karena kegiatan bisnis unggas ini dikelola oleh masyarakat tentunya akan menjalin persaudaraan diantara penjual dan konsumen serta bersama-sama meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bukan tidak mungkin dari kegiatan tersebut memberikan kontribusi pada pembangunan nasional melalui pajak yang kita bayarkan secara proporsional seiring pertumbuhan.
Silahkan jika ada keuntungan lain yang bisa kita dapat rekan-rekan dapat menambahkan pada komentar untuk perbaikan artikel ini.

Lalu bagaimana halnya dengan kerugiannya, sebenarnya tidak ada kerugiannya hanya sebaiknya kita berhati-hati dalam hal berikut:
  1. Sebaiknya pembayaran transaksi dilakukan ketika sudah saling sepakat, bila memungkinkan pembayaran dilakukan pada saat bersamaan unggas sudah diterima. Jika pembelian dilakukan dengan partai besar sebaiknya pada waktu pertamakali dilakukan transaksi pihak-pihak yang terlibat dapat bertemu muka untuk saling mengenal, ada istilah tak kenal maka tak sayang, jadi wajar bila kita saling mengenal biasanya secara moral penjual unggas akan memberikan harga dan pelayanan terbaik sebaliknya konsumen akan loyal. Jika rekan-rekan berkeinginan melakukan kerjasama dalam jangka panjang sebaiknya dibuat perjanjian. Semuanya hal yang dibahas tersebut semata-mata untuk menghindari timbulnya wanprestasi atau kelalaian masing-masing pihak, sehingga tidak ada yang dirugikan terutama menyangkut keuangan.
  2. Sebaiknya untuk menghindari konsentrasi keuntungan akibat pembelian yang dominan dengan cara tidak langsung seperti yang kita lakukan, dimana konsumen akan terpikat dan loyal dengan adanya harga grosir, kualitas unggas yang baik, dan pelayanan yang memuaskan. Sebaiknya kita juga membantu pedagang kecil atau pedagang eceran yang berada di pasar tradisional untuk membantu mensejahterakan mereka, meskipun harga unggas di mereka berada diatas harga kita, paling tidak harga mereka biasanya dibawah harga penjual di pasar modern. Dengan demikian akan tercipta kebersamaan dan keseimbangan keuntungan.
  3. 
    Situasi Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Kawasan Kapuk
    (beritajakarta.com)
    
  4. Hal yang kurang nyaman biasanya adalah waktu pelayanan, pastikan disepakati dulu sebelum melakukan pembelian atau kerjasama dalam jangka panjang. Biasanya pembelian tidak langsung akan memakan waktu lebih lama hal tersebut umumnya dikarenakan sentra unggas memiliki lokasi yang berjauhan dengan lokasi konsumen. Sekali lagi saya menyarankan untuk menyepakati dahulu waktu antar atau waktu pemenuhan pesanan, untuk menyingkapi hal tersebut “Bandar Unggas” menyediakan depot-depot distribusi di beberapa area yang dapat ditiru oleh rekan-rekan lain sehingga memungkinkan pelayanan cepat dan tepat waktu dapat dilakukan. Contohnya “Bandar Unggas” memiliki pelanggan dari kalangan ibu rumah tangga di area Jabotabek yang terkadang memiliki keperluan seperti arisan, selamatan, dan acara keluarga lain, para ibu biasanya kesulitan mendapatkan unggas karena telat pergi atau terlalu sibuk sehingga tidak dapat ke pasar tradisional/modern sehingga resah apabila tidak dapat menyediakan santapan berbahan unggas tepat waktu. Sebagai solusi biasanya para ibu menelpon kami untuk memenuhi keperluannya.
  5. Kehalalan pada saat proses pemotongan, pastikan proses pemotongan sesuai kaidah agama, kehalalan serta faktor keamanan pangan diketahui, sehingga rekan konsumen merasa aman selain itu kegiatan transaksi akan bernilai ibadah.

Demikian semoga bermanfaat.



09/11/11

Ramai-Ramai Membeli Unggas Melalui Telepon, SMS, & Email (Bag.1)

Perkembangan industri peternakan khususnya unggas ditanah air sangat menggembirakan, mengingat dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dari pemodal kecil hingga besar, terlebih pasca kejatuhan karena pemberitaan flu burung.


Sumber BPS
 
Perdagangan unggas memang dapat dilakukan disemua tempat termasuk pasar tradisional dan modern, penjual dan pembeli bertemu pada saat bersamaan. Saat ini perdangangan unggas banyak dilakukan secara tidak langsung melalui media elektronik, penjual dapat mengiklankan unggas dagangannya melalui situs di internet baik yang dikelola sendiri maupun yang diiklankan melalui pihak lain, termasuk penggunaan telepon seluler melalui aplikasi SMS.


Situasi Di Pasar Tradisional
Salah Satu Tempat Jakarta (foto RMC)

Saya coba memberikan deskripsi tentang perdagangan unggas ditinjau dari segi lokasi yang dilakukan melalui jalur tidak langsung. Dengan adanya perdagangan unggas melalui akses tidak langsung tersebut tentunya akan memanjakan konsumen, konsumen memiliki alternatif pemebelian yang dapat disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Pada konsumen yang memiliki preferensi untuk membeli langsung maka dapat dilaukan di pasar tradisional atau pasar modern seperti mini market, atau supermarket. Tetapi untuk pembeli yang kecendrungannya mengingingkan keleluasaan dalam pembelian, terutama penggunaan waktu luang yang dapat ditukar untuk kegiatan lain (trade off) tentunya dapat memilih pembelian secara tidak langsung melalui internet, atau telepon.


Kegiatan akses ke tempat penjual unggas secara tidak langsung memiliki kelemahan dan kelebihan, selain dari segi prefensi konsumen juga terdapat hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Biasanya unggas yang ditawarkan melalui media internet lebih murah dibanding membeli ditempat pasar tradisional atau modern.
2. Konsumen dapat membeli dalam volume atau jumlah yang sedikit (satuan) sampai dengan ribuan/jutaan ekor.
3. Penjual biasanya memberikan kemudahan dalam pembayaran, dapat dilakukan pada saat transaksi, keesokan hari, minggu berikutnya, bulan depan, dan lain-lain sesuai kesepakatan. berbeda halnya dengan penjualan yang dilakukan melalui datang langsung ke pasar tradisional atau modern, umumnya kita harus membayar langsung sejumlah uang berdasar jumlah yang kita beli.
4. Faktor hygenitas, unggas yang dibeli oleh konsumen dapat dengan mudah ditelusuri asalnya, berbeda halnya dengan unggas yang dibeli dipasar tradisional yang merupakan oplosan. sehingga dapat dicegah penyebaran penyakit menular yang tidak kita inginkan.

(bersambung)



05/11/11

Seputar Unggas & Mentok, Tahukah Anda?

Terimakasih pada rekan profesi dan konsumen yang sudah berpartisipasi pada pengembangan content www.juraganunggas.co.cc, khususnya Bpk. Dani di Cisalak, Depok melalui emailnya kemarin menanyakan tentang apa itu unggas sebenarnya serta informasi seputar mentok yang lebih detail, untuk hal tersebut beliau minta dipublikasikan sehingga berguna bagi rekan yang lain. Rekan-rekan dapat melihat pada google atau search engine yang lain, tetapi untuk memudahkan dan menyamakan persepsi saya coba mengutip informasi yang ada pada situs Wikipedia Indonesia sebagai berikut.
 

Unggas (Inggris: poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging dan/atau telurnya. Umumnya merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek).
Kata unggas juga umumnya digunakan untuk burung pedaging seperti di atas. Lebih luasnya, kata ini juga dapat digunakan untuk daging burung jenis lain seperti merpati.
Bagian paling berdaging dari burung adalah otot terbang pada dada, serta otot jalan pada segmen pertama dan kedua pada kakinya.

Mentok 
Klasifikasi Mentok adalah sebagai berikut; kerajaan termasuk Animalia, filum Chordata, kelas Aves,  ordo Anseriformes,  famili Anatidae, genus Cairina, spesies Cairina moschata (Linnaeus, 1758).
Muscovy-duck-2.jpgMentok peliharaan adalah sejenis burung atau unggas yang termasuk keluarga bebek. Istilah mentok berasal dari bahasa Jawa; di tempat lain ia mungkin disebut dengan salah satu atau beberapa nama berikut: entok, enthok atau entog (Sd., Bms.), basur (Bms.), itik manila, atau bebek manila (Ind.). Dalam bahasa Inggris disebut Muscovy Duck atau Barbary Duck.
Di Indonesia unggas ini adalah sepenuhnya hewan peliharaan, yang diternakkan terutama untuk dagingnya. Asal-usul mentok peliharaan adalah dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, di mana populasi burung ini hidup alami dan liar di rawa-rawa berhutan dan wilayah berpaya di sekitar danau dan sungai; termasuk di hilir lembah Sungai Rio Grande di Texas. Populasi lepasan yang meliar (feral) juga dijumpai di Florida bagian selatan.
Hewan persilangan antara bebek dan mentok biasa disebut tiktok, yakni akronim dari itik dan entok, sedangkan persilangan antara entok dan bebek disebut tongki.
Mentok jantan liar dapat mencapai 86 cm, dari ujung paruh hingga ke ujung ekor. Dan beratnya bisa sampai 3 kg. Mentok betina lebih kecil, sampai sekitar 64 cm dan 1,3 kg. Mentok peliharaan biasanya lebih gemuk, di mana jantan bisa mencapai 7 kg dan betina mencapai 5 kg. Berwarna dominan hitam dan putih, mentok memiliki kulit atau tonjolan kulit berwarna merah dan hitam di sekitar mata dan wajah. Paruh gemuk pendek khas bebek, putih kemerahan; kaki gemuk pendek berselaput renang, abu-abu kehitaman. Ekor memipih datar agak lebar.

Meskipun pandai terbang, mentok peliharaan hampir tak pernah terbang jauh. Unggas ini sering terlihat berjalan bersama kelompoknya, perlahan-lahan dan tak pernah tergesa-gesa, dengan ekor bergoyang ke kanan dan ke kiri untuk mengimbangi tubuh (Jw., megal-megol) sehingga berkesan lucu.
Mentok jantan alias basur
Mentok liar di alamnya tidur di atas cabang-cabang pohon. Akan tetapi mentok peliharaan biasanya tidur di atas tanah. Di pedesaan di Jawa, mentok jarang dikandangkan. Dibiarkan bebas berkeliaran mencari makanannya sendiri, terutama di sekitar saluran air, sungai dan sawah. Mentok memakan aneka siput, cacing, serangga air, yuyu kecil dan pucuk-pucuk tumbuhan. Oleh pemiliknya, mentok kerap diberi makan dedak bercampur air dan sisa-sisa makanan.
Unggas ini tidak berisik, tidak seperti itik petelur. Mentok betina mengeluarkan desisan dan desahan sambil berjalan. Mentok jantan kadang-kadang mengeluarkan desis keras sambil menggerakkan kepala maju mundur (Jw., nyosor), untuk memperingatkan atau mengusir pengganggu.
Mentok bertelur hingga kurang-lebih 10 butir, yang dierami oleh betinanya selama sekitar 5 minggu.

Jenis mentok liar yang terdapat di Indonesia adalah mentok rimba (Cairina scutulata). Unggas ini menyebar luas secara alami mulai dari India, Asia Tenggara hingga Sumatra dan Jawa. Populasi mentok rimba kini terancam kepunahan, karena perburuan dan terutama karena perubahan habitat yang drastis. Di Jawa, hewan ini sekarang diduga sudah punah.

Daging mentok disukai orang, terutama di pedesaan. Rasanya yang kuat dan tidak begitu berbau, tak seperti daging itik petelur, menjadikan daging unggas ini sebagai salah satu favorit di samping daging ayam.
Ada berbagai macam masakan daging mentok. Yang paling sederhana namun enak ialah mentok bakar, dengan bumbu sedikit garam dan bawang putih dilengkapi dengan sambal tomat hijau atau sambal jeruk nipis (cara Dompu). Dari Kudus dikenal masakan sweeke enthok [1], dari Indramayu dikenal masakan pedesan entog [2]. Dari Tambak, Banyumas terkenal masakan sate dan gule bebek; yang sebetulnya adalah sate dan gule mentok. Demikian pula, kebanyakan bebek goreng atau pecel bebek pada gerai pecel lele Lamongan di tepi jalan di banyak kota sebetulnya adalah mentok goreng. Sementara dari Tegal juga dikenal kupat blengong, ketupat dengan masakan daging blengong atau brati, yakni hasil persilangan mentok dengan itik petelur.

Rujukan :

03/11/11

Tingkat Keamanan Unggas Kita Dari Flu Burung

Banyak kalangan rekan profesi yang menanyakan "apakah kita aman dalam menghadapi wabah flu burung?", "Bagaimana mensiasatinya?". Terus terang saya pribadi tidak mengetahui secara pasti kapan flu burung akan reda.

Rekan profesi dan konsumen sebaiknya tidak perlu kuatir, berhubung di balik flu burung tersebut terdapat pelajaran berharga, pasalnya dari semua pengamatan saya belum pernah satupun petugas kandang pangkalan, penjaja, dan konsumen yang terpapar flu burung. Tentunya jika ada produsen yang terkena flu burung logikanya mereka tidak akan memberikan unggas kepada distributor mengingat dampak negatif yang akan ditimbulkan kepada produsen tersebut, distributor tidak akan melakukan repeat buying dan tingkat kepercayaan akan turun atas produsen tersebut. Produsen yang lalai jika mendistribusikan unggas yang terpapar flu burung tentunya tidak bisa beralih ke distributor lain begitu saja, mengingat diantara distributor biasanya berlaku informasi sempurna selayaknya pasar persaingan bebas. Lalu bagaimana halnya dengan pangkalan apabila terpapar flu burung, otomatis petugas dipangkalan yang akan terkena paparan langsung dan menuai dampaknya, kenyataannya petugas pangkalan tidak mengalami gangguan flu burung tersebut. Dengan demikian analogi tersebut mudah-mudahan dapat menjawab tingkat keamanan unggas yang kita perjualbelikan dan dikonsumsi oleh setiap keluarga. Selama unggas dipelihara dengan memperhatikan faktor kualitas pakan, pemberian vaksin yang tepat, hyginitas dan sanitasi kandang dan armada distribusi, serta metode pemotongan yang baik dapat dipastikan unggas akan dijamin aman dari bahaya flu burung.

Berikut cuplikan artikel yang saya ambil dari "Mereka yang Hidup Berkarib Unggas (2-Habis) - Tetap Bekerja Tanpa Sarung Tangan"Suara Merdeka, Kamis, 25 Januari 2007. (http://www.suaramerdeka.com/harian/0701/25/nas07.htm)


SM/Rukardi TAK KHAWATIR: Seorang pekerja memasukkan ayam ke dalam mesin bubut. Dia tak khawatir tertular virus flu burung. (57)
KETIKA akhir-akhir ini masyarakat dicekam ketakutan akibat flu burung, Juhari (21) seperti tak peduli. Di saat orang menghindari kontak langsung dengan unggas, dia tetap mengakrabi. Imbauan untuk mewaspadai virus mematikan itu, dimasukkan di kuping kanan lalu keluar di kuping kiri.
Bukan semata karena Juhari seorang tukang potong ayam, namun dia tak percaya bahwa flu burung betul-betul ada. Bagi lelaki asal Sukoharjo tersebut flu burung hanyalah isu belaka. Untuk memperkuat tesis itu, Juhari mengunjukkan dirinya sebagai contoh. ''Sudah setahun ini saya bekerja menjadi tukang potong ayam di Pasar Kobong. Selama itu saya tak pernah merasakan sakit. Juga belum pernah ada pedagang atau pengunjung pasar yang tertular atau mati akibat flu burung,'' kata Juhari.

Kontak Langsung
Padahal setiap hari dia melakukan kontak langsung dengan ayam. Sebagai pekerja, Juhari bertugas menyembelih, membersihkan bulu, dan mbetheti ayam milik pelanggan.
Selama proses penyembelihan, tubuhnya berkontak langsung dengan ayam-ayam. Darah dan kotoran binatang itu berlumuran di tangan.
Keyakinannya yang kuat atas ketiadaan virus flu burung membuat Juhari tidak merasa khawatir tertular. Oleh karena itu, dalam bekerja dia tak menggunakan perlengkapan pengaman sama sekali. Tidak ada masker, sarung tangan, atau alas kaki.
Bersama lima rekannya, Juhari tinggal di kios pemotongan ayam itu. Usai bekerja dari pagi sampai petang, dia beristirahat di Lantai II yang difungsikan sebagai penginapan. Hal itu berlangsung setiap hari, dari bulan ke bulan.
Supardi (35) rekan Juhari, juga dingin menghadapi santernya pemberitaan flu burung di media massa. Alih-alih khawatir, dia justru merasa geram. Sebab, berita-berita itu membuat masyarakat enggan mengonsumsi daging ayam. Akibatnya, orderan potong dan bubut bulu ayam menurun tajam.
Seperti halnya Juhari, dia tak mengenakan peranti pelindung untuk menangkal virus yang konon mematikan itu. Menyembelih, membubuti bulu, dan mengeruk kotoran, Supardi melakukannya dengan tangan telanjang. ''Apa yang perlu dikhawatirkan? Flu burung? flu burung apa? Di sini ndak ada flu burung. Paling setelah kerja, saya membersihkan tangan dengan air biasa,'' katanya.

Pagebluk
Ketua paguyuban pengusaha ayam potong Pasar Kobong Tri Joko S, menyebut flu burung sebagai isu yang sengaja diembuskan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari peristiwa-peristiwa lain, seperti bencana lumpur Lapindo, serta kecelakaan kapal, kereta dan pesawat terbang. ''Itu dilakukan biar masyarakat lupa, dan perhatiannya teralihkan,''
Soal kematian ayam secara mendadak, bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Dari dulu kasus semacam itu selalu ada. penyebab kematian, imbuh Tri Joko, disebabkan oleh pergantian musim. Perubahan suhu secara drastis membuat ayam yang tidak kuat sakit dan mati. ''Orang dulu menyebut itu sebagai pagebluk. Jangankan ayam, orang saja bisa sakit, baik demam, pilek, atau batuk-batuk,'' tutur pemilik ''Salon Ayam Doa Gus Joko'' itu.
Dia menilai, langkah-langkah yang diambil pemerintah terkait penanggulangan virus flu burung terlampau berlebihan. Seperti Pemprov DKI Jakarta yang melarang warganya memelihara unggas.
''Saya yang setiap hari berkecimpung dengan ayam tidak khawatir dengan flu burung. Yang saya khawatirkan justru dampak pemberitaannya yang membuat pedagang ayam dan unggas mengalami kerugian.'' (Rukardi- -64)

Demikian semoga bermanfaat.